Rabu, 01 April 2015

Stasiun

Pagi ini aku bergegas berlari amat kencang menuju stasiun tujuanku.
Stasiun yang di kala itu aku meninggalkan hatinya tertatih lemah.
Sesampainya di sana kosong, seorang nenek renta menghampiri dan bertanya.
"Nak,siapa yang kau cari?" Tanya Nenek padaku. Dengan sesekali aku menghela nafas sisa lariku tadi aku coba menjawab. "Hmm ndak tau nek tiba-tiba hatiku ingin sekali singgah di sini" jawabku dengan terengah-engah. "Mau minum nak? Nampaknya kau binggung sekali?" tanyanya sembari tersenyum. "Ndak usah nek saya ada minum" jawabku sembari membalas senyumnya. Akupun berpamitan dan mencoba masuk ke salah satu gerbong kosong. Gerbong yang dulu pernah aku ambil gambarnya. Gerbong berkarat dan bau kencing ini pernah jadi saksi saat kita tertawa lepas. Keluar dari gerbong aku berjingkat di atas rel. Aku menyusurinya hingga sampai di persimpangan. Persimpangan yang selalu kita terobos meski lonceng portal sudah berbunyi. Hmm.. senangnya kala itu..
Jika sisa sisa ketersiaan harus di iklaskan,bagiku sisa sisa ketersiaan harus di perjuangkan. Sisa mungkin menjijikan tapi pasti ada ruang di situ. Ruang tuk bertumbuh sementara atau selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar